Friday, October 19, 2018

BACKPACKING LAMPUNG-PALEMBANG-BANGKA-BELITUNG 15 HARI: PART 3: SPESIALNYA BANGKA!





Halo! Selamat Pagi Siang Sore dan Malam dimana pun kalian berada. Senang rasanya bisa bercerita kembali kepada teman-teman semua setelah sekian lamanya. Hahaha alay lu cha! Oh iya mau kasih tau kalo Pulau Bangka ini sangat spesial bagi saya pribadi dan Angga. Karena jeng jeng jeng jeng. Penasaran ga? Yaudah kalo ngga mah. Nah sebelum itu bagi yang belum membaca Part 1 dan Part 2, disarankan  untuk membaca terlebih dahulu.Yuk ah langsung aja ke Te Ka Pe. 
Sampai di Pelabuhan Tanjung Api-Api ternyata kami harus menunggu sekiranya selama 4 jam, karena kapal tujuan ke Bangka hanya ada setiap jam 3 sore. Setelah lama menunggu, akhirnya kapalnya pun tiba. Tetapi butuh waktu beberapa menit untuk kapal bersandar dan menurunkan penumpang. Setelah kami naik, kami terkejut bahwa untuk harga yang relatif murah ini dilengkapi fasilitas yang cukup baik menurut saya. Ada free charger, TV, 2 ruangan buat duduk, bagian depan dan belakang kapal, tempat bersantai dan yang mau berjemur juga bisa, terdiri dari 4 lantai, di ruangan lantai 3 juga ada kafe dan karaoke, tapi di ruangan utama terkadang masih ada kecoa berkeliaran hihihi. Penilaian untuk kapal ini kami beri nilai 9/10.
Sampai di Pelabuhan Muntok Bangka, banyak calo yang menawarkan angkutan mereka. Jangan heran deh kalo di terminal atau pelabuhan pasti banyak yang sedikit memaksa. Kami bergegas menuju Pangkalpinang naik mini bus damri yang tiketnya sudah kami beli tadi. Setelah perjalanan sekitar 2 jam, sampailah kami di perum damri Pangkalpinang pada tengah malam. Sampai disana banyak bapak-bapak yang sedang bermain gaple dengan logat Sumatera yang keras. Kami sempat ditanya-tanya tujuan kami kemana. Kami yang tidak punya kenalan siapa-siapa di pulau ini menjawab dengan lantangnya bahwa kami akan kerumah saudara kami yang berada di belakang pool damri ini hahaha. Saya telfon tetangga saya di Pamulang, berkata bahwa kami sudah sampai di Bangka. Dia kebingungan. Lantas mengapa saya menelfonnya? Saya jelaskan kepadanya bahwa saya sedang menghindari para bapak-bapak tersebut agar bisa keluar dari pool damri ini. Ia hanya tertawa saja hahaha. Kami berjalan sedikit mencari tempat yang bisa kami tiduri malam ini. Masjid Al-Karomah lah yang kami pilih untuk beristirahat dan tidur. Ternyata Masjid ini terlalu terbuka dan tidak ada tempat yang pas untuk kami tiduri. Sekalinya saya menemukan tempat yaitu dibawah tangga, eh malah ada keranda mayat, hahaha sialan. Seketika saya takut. Akhirnya saya tidur di depan pintu lantai 2 dengan bodo amatnya.
Day 7 -2 Agustus 2018
Paginya kami Sholat Subuh lanjut tidur kembali. Ngantuk banget. Bangun-bangun lanjut mandi makan, lalu kami searching di google untuk mencari penyewaan motor. Setelah kami menghubungi via whatsapp, kami langsung berjalan untuk bertemu dengan si penyewa. Kami berjalan sekitar 30 menit. Udara di Bangka saat itu terik sekali. Ditengah perjalanan tepat di depan Lapangan Mandara, seseorang memanggil kami dengan nada yang tinggi. Ia mengajak kami untuk singgah sejenak di tempatnya. Kami yang sedang terburu-buru untuk bertemu dengan si penyewa dan sedikit negative thinking dengan orang ini mengatakan bahwa kami sudah ada janji. Lalu ia mengiyakan tolakan kami. Kami lanjut berjalan, tiba-tiba ia mengendarai motor untuk mengejar kami. Ia meyakinkan bahwa di tempatnya tadi, itu adalah tempat berkumpul para pencinta alam di Bangka. Ia juga mengatakan bahwa kami memiliki hobi yang sama dengannya. Hilanglah negative thingking kami kepadanya. Lalu kami bertanya, mengapa bisa tahu kalo kami pendatang disini? Ia menjawab, di Bangka jarang sekali yang membawa tas carrier besar seperti kami. Kalo bukan tamu ya siapa lagi? Ia juga mengatakan bahwa hati-hati bila di Bangka, belum terlalu aman. Lalu kami bertukar nomor whatsapp. Ternyata namanya bang Latief. Orang asli Bandung yang sudah merantau ke Bangka dari tahun 2006.
Lanjut kami berjalan bertemu dengan si penyewa. Setelah motor sudah ditangan, tujuan pertama kami adalah danau paling hits di Bangka, namanya Danau Kaolin yang terletak di Bangka Tengah, jaraknya cukup jauh sekitar 66 km dari Pangkalpinang. Karena eh karena perlu diketahui nih, disini itu semua jalanan sudah bagus tidak ada yang rusak sedikit pun, terus jalanannya juga cuma lurus aja, sedikit belok-beloknya maka waktu yang kami tempuh hanya  1jam 15menit. Bagi yang bilang Bangka itu selalu panas, kalian salah. Soalnya ketika kami di perjalanan menuju Danau Kaolin, turunlah rintik hujan yang cukup membasahi seluruh tubuh kami. Kami memutuskan untuk berteduh di pinggir jalan. Ternyata, pinggir jalan disini tuh langsung menghadap ke pantai. Jadi kalian bebas untuk parkir dan turun di sembarang tempat untuk menikmati pantai yang indah serta ombak yang tenang yang dihiasi oleh putihnya pasir pantai.
Pinggir Jalan Bangka
Sesampainya kami di Danau Kaolin, kami foto-foto dan menikmati sekitarnya. Langit sudah gelap. Tidak lama kemudian hujan pun turun lagi. Kami berlarian kesana kemari dan tertawa, eh itu mah lagunya payung teduh hahaha. Setelah hujan mereda kami pun bergegas ke daerah sungailiat. Banyak sekali kawan kami yang menyarankan untuk kesana. Katanya disana banyak sekali pantai bagus. Kami mencari referensi di google pantai mana yang terbaik di daerah sungailiat. Pilihan kami jatuh ke Pantai Rambak. Saya sempat bertanya kepada Angga. Pantai Rambak bagus untuk mendirikan tenda kah? Cocok untuk berenangkah? Untuk bersantai? Angga menjawab iya.
Ucha di Danau Kaolin
Kami langsung menuju Pantai Rambak, melewati Golden Bridge-nya Bangka yang setelah jam 5 sore tidak bisa dilewati. Sampai di Pantai Rambak yang kami tempuh selama 2 jam, Pantainya benar-benar sepi, hanya ada beberapa orang saja. Mungkin karena bukan waktunya liburan kali ya. Matahari hampir tenggelam dan kami memutuskan untuk mendirikan tenda malam ini disini. Datanglah bapak-bapak paruh baya menghampiri kami dan meminta uang retribusi. Kami yang tahunya di Bangka ini semua wisata gratis, kok ada uang retribusinya? Lalu ia mengarahkan kami untuk mendirikan tenda di pojok. Padahal di dekat pintu masuk benar-benar kosong tidak ada siapa-siapa dan apa-apa. Kami mulai kebingungan, bapak yang tadi pun sesekali bulak-balik. Kami sudah mulai curiga. Satu persatu pengunjung pergi meninggalkan pantai. Kami sempat berfoto sebentar sembari menikmati sunset di pantai ini. Tinggal kami berdua disini. Sang fajar pun mulai tenggelam, ternyata lampu pun tak ada sama sekali disini, gelap gulita. Hanya ada cahaya rembulan dan lampu di kapal yang jauh ditengah laut. Malam semakin mencekam. Saya pun sangat ketakutan.
Angga di Pantai Rambak
Pantai Rambak ketika malam
Saya berpikir untuk pindah ke pantai lain yang lebih ramai atau setidaknya ada lampu. Tapi Angga tetap kokoh pada pendiriannya untuk mendirikan tenda disini. Saya menyuruh Angga untuk menelfon bang Latief. Ternyata yang mengangkat telfonnnya adalah Bang Ali, kawannya bang Latief. Kami bertanya apakah ada pantai yang ramai atau minimal ada penerangan? Ia menjawab bahwa pantai di Bangka hampir semuanya sama. Tapi ia menyarankan pindah saja ke Pantai Tikus Emas yang hanya 5 menit dari tempat kami. Saking gugupnya bahkan keringat dingin, saya mengangkat tas carrier untuk memindahkannya ke motor pun sampai terjatuh hahaha. Dengan cepat akhirnya kami pergi dari pantai tersebut. Jalan keluar pantai juga gelap sekali, hanya ada lampu dari motor yang kami kendarai. Tapi ada yang unik di jalan ke arah luar, banyak burung di tengah jalan. Bukan cuma satu, tapi berkali-kali seakan burung tersebut menunjukan arah keluar. Setiap kami melewati burung yang satu, lalu ia terbang dan ada burung yang lain di depannya sampai kami menemui penerangan baru burung itu tidak ada lagi.
Setelah kami keluar, kami singgah sejenak di warung untuk menghilangkan rasa takut biar santai. Akhirnya kami menelfon bang Ali kembali, ia menyarankan kami untuk di Pantai Tikus Emas saja. kami yang masih ragu dengan pantai disini, kami takut kalo pantai yang kami singgahi tak ada lampu lagi. Kami sempat berpikir, apa kami balik ke Pangkalpinang lagi saja? Tapi jaraknya sangat jauh apalagi jalanannya pasti juga gelap. Atau kami singgah ke Rumah Backpacker saja yang masih di daerah sungailiat yang kami temui di Instagram? Tapi perjalanan juga memakan waktu 20 menit. Atau kami tetap ngecamp di Pantai Tikus Emas? Ternyata percakapan kami terdengar oleh penjaga warung. Ia pun seakan meyakinkan kami untuk ngecamp di pantai itu. Ia berkata bahwa disana ada penjaganya jadi aman, banyak lampu dan ada restoran katanya. Kami ragu, kami bimbang. Setelah ia terus meyakinkan kami, kami pun memutuskan untuk ngecamp di Pantai Tikus Emas. Kami kembali melewati jalan gelap, semakin ragu saya dengan pantai ini. Dan ketika sampai, ternyata disini banyak lampu hahaha. Ternyata sang penjaga warung tidak menipu kami, disini juga benar ada kafe. Ketakutan kami menghilang. Kami ditanya oleh petugas apakah ingin ngecamp disini? Kami menjawab iya. Kami bergerak untuk mendirikan tenda, sholat, makan malam, lalu kami tidur.
Day 8 – 3 Agustus 2018
Sang fajar pun kembali memancarkan sinarnya. Kami foto-foto sejenak, sarapan, merapihkan tenda. Setelah pagi ternyata terlihat bahwa pantai ini sudah dikelola menjadi tempat wisata tetapi pantainya masih bagus dan terawat. Ada penangkaran penyu juga disini.
Angga di Pantai Tikus Emas
Ucha di Pantai Tikus Emas
Pantai Tikus Emas
Lalu kami kembali ke Pangkalpinang untuk mengembalikan motor. Sampai di Pangkalpinang kami bertatap muka  dengan bang Ali dan bang Latief. Ternyata basecamp Komunitas Pencinta Alam Bangka adalah di toko filosofi pisang punya bang Ali. Kami diajak untuk ke kosan bang Ali untuk bersih-bersih, sholat jumat dan makan. Lalu sorenya kami diajak ke tokonya kembali, untuk menikmati sore. Kami berkenalan dengan kawan bang Ali, namanya bang Randa, dipanggil bang Gebo. Ia bercerita banyak tentang pengalaman hidupnya yang sangat berguna bagi kami. Masih di filosofi pisang, malamnya temen-temen dari Komunitas Pencinta Alam lumayan banyak yang datang. ada bang Ali, bang Gebo, bang Tian, bang Beni, bang Ceta, bang Sam, dan masih banyak lagi. Dan sangat beruntungnya kami tepat pada malam ini ada konser Road to Soundrenaline persis di depan filosofi pisang. Guest starnya ada Souljah dan Rocket Rockers. Jadilah kami nonton bersama. Seru juga sih nonton konser dengan orang-orang yang baru dikenal dan di kota yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya, jadi pengalaman baru hehe. Selesai konser satu persatu kembali kerumah masing-masing. Tersisa Saya, Angga, bang Ceta, bang Ali, dan bang Gebo. kami di traktir untuk mencoba jajanan khas Bangka yaitu Tai Fusui yang harus ditemani oleh otak-otak. lalu kami kembali ke kosan bang Ali. Malamnya di kosan bang Ali semuanya lelah dan sudah terlelap. Tersisa saya dan bang Ceta. Ia bercerita banyak soal bangka, pengalaman hidup dan kawan-kawannya yang tergabung di komunitas pencinta alam bernama Nusantarawan. Waktu menunjukan pukul 3 bang ceta pulang karena paginya ia sudah lanjut bekerja.
Day 9 – 4 Agustus 2018
Paginya saya bangun, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Saya ngulet-ngulet sebentar sekalian mengumpulkan nyawa, sholat, lalu makan, bang Gebo pun pulang ketika sudah hampir Dzuhur. Datanglah bang Ceta yang baru saja selesai bekerja. Kami menghabiskan siang hanya di kosan bang Ali. Sorenya kami diajak ke Hutan Mangrove yang ada di Bangka Tengah bersama bang Ali, bang Gebo, bang Ceta dan bang Edy. Sampai di sana kami naik perahu, sungguh indah sekali alam bangka ini, udaranya masih sejuk, masih asri, luar biasa. Di perjalanan menuju kosan, kami diceritakan bahwa bang Gebo pernah menjadi volunteer pada film dokumenter “Negeri Dongeng” dan bang Edy bekerja menjadi penyanyi di kafe yang cukup terkenal di Pangkalpinang. Kami ditawari bahwa malam nanti kami diajak pergi ke Bukit Kejora bersama kawan-kawan lain dari Komunitas Pencinta Alam Bangka.
Bang Ali - Bang Ceta - Bang Edy - Angga - Ucha - Bang Gebo


Ba’da isya, bang Ali pergi ke basecamp. Kami yang berdiam diri dikosan memilih untuk jalan-jalan untuk merasakan malam minggu di kota Pangkalpinang, kapan lagi ya kan? Kami berjalan sabil memakan gorengan yang ada di pinggir jalan. Lalu kami memilih untuk ke Bangka Trade Center, yang katanya inilah satu-satunya mall di sini. Ya ternyata tempatnya sepi, tidak seperti kebanyakan mall di Jakarta. Lalu kami beralih menuju ke Alun-Alun Taman Merdeka Pangkalpinang. Disini ramai orang-orang dan tukang jualan ketika malam minggu. Kami hanya membeli es teh manis dan duduk menikmati malam disini. Setelah itu kami berjalan menuju ke basecamp. Kejadian unik pun terjadi hahaha. Ketika kami berjalan menuju ke basecamp filosofi pisang, tiba-tiba terdengar suara memanggil nama Angga. Panggilannya pun bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Sontak kami pun kaget dan melihat ke kanan dan kiri. Setelah mencari-cari sumber suara ternyata itu adalah bang Edy. Ia memanggil nama Angga dengan microphone yang sangat keras hahahaha. Ternyata bang Edy sedang bekerja di kafe tersebut hari ini. Padahal kami tidak tahu dimana tempatnya bekerja. Kami berdua saling bertanya-tanya, kok bisa? Lalu kami disuruh masuk dan memesan makanan. Karena kami sudah makan, kami sempat menolak tapi bang Edy memaksanya, yaudah deh pesan, rezeki mah ga kemana. Sumpah kalo inget ini suka ngakak sendiri. Bang Edy pun banyak cerita disini tentang kehidupannya, dan pas banget kalo bang Edy ini adalah orang asli Belitung, pulau yang akan kami kunjungi selanjutnya. Setelah banyak ngobrol dan minum kami pun ditawari untuk diantar olehnya ke basecamp, kami menolak karena kami ingin jalan kaki saja karena sudah dekat juga.

Ketika kami sampai, ternyata di basecamp sudah ramai orang disana yang sudah siap untuk ke Bukit Kejora. Kami diberitahu oleh seseorang, bahwa kami daritadi dicari-cari oleh kawan-kawan KPA Pangkalpinang. Ia berkata bahwa nama kami sempat di share di grup, bagi yang menemukan suruh antar ke basecamp. Ketika mendengar itu saya begitu terharu, bagaimana tidak? Orang yang baru kenal saja sudah sebegitu pedulinya terhadap kami. Lalu kami mengambil barang di kosan bang Ali lalu pergi ke Bukit Kejora. Line up kali ini adalah Saya, Angga, bang Ali, bang Tian, bang Sam, bang Edy, Adiknya bang Ali, dan kak Shintya. Kami taruh motor di hotel soll marina. Treknya lumayan nanjak, gelap, dan masih licin. Sekitar 10-15 menit nanjak, kami pun sampai di puncaknya. Ternyata diatas sudah ada bang Ceta dan kawan nusantarawan yang sudah membentangkan hammock terlebih dahulu. Kami juga langsung memasang flysheet dan alas, lanjut ngopi sembari foto-foto. Tak lama kemudian datang lah bang Gebo dan bang Latief. Wah seru! jadi ramai begini. Kami pun bersama-sama menikmati indahnya Pangkalpinang dari atas ditemani kopi panas.
Ucha - Bang Tian - Angga di Bukit Kejora
Ucha - Angga
Ucha
Angga
Day 10 – 5 Agustus 2018
Sang fajar kembali memancarkan sinarnya untuk kesekian kalinya di pulau ini. Saya terbangun ternyata semuanya sudah bangun terlebih dahulu dan menertawakan saya haha. Emang kalo tidur saya sedikit susah bangun apalagi cuaca dingin seperti ini, kane bro. Kami pun berbincang sejenak lalu merapihkan flysheet, pulang ke kosan bang Ali, dan istirahat. Tak terasa sudah hari ke-10 kami meninggalkan rumah kami masing-masing. Ada sedikit rindu yang menggebu dari dalam hati kepada orang tua. Sorenya kawan-kawan KPA kembali datang ke kosan bang Ali untuk mengajak kami jalan-jalan. Kami diajak makan es degan di Pantai Pasir Padi sembari menikmati sore kala itu.
Pantai Pasir Padi
Beranjak dari pantai kami langsung menuju basecamp, untuk membantu bang Beni surprise-in pacarnya. Beruntung sekali kami berada di momen yang langka ini, kan lumayan makan gratis hehe. Disana kami berbincang tentang malam sebelumnya ketika kami naik ke Bukit Kejora, ternyata banyak kejadian mistis yang dialami kawan yang lain. Semuanya pun bergantian bercerita. Ternyata tempat kami tidur semalam di Bukit Kejora adalah tempat yang cukup angker. Jarang orang yang berani ke tempat tersebut. Kak Shintya bertanya tentang hari pertama kami di Bangka, kalian dapat rekomendasi darimana tiba-tiba memilih Pantai Rambak? Saya menjawab, dari google kak, Angga yang cari. Lalu iya mengatakan, Saya saja ga pernah berani kesana selama tinggal disini, pernah sekali kesana tapi banyak yang gangguin. Mendengar perkataan itu kami sempat merinding hahaha, untung saja tidak jadi ngecamp disana. Malam semakin larut, kami pun berpisah dengan bang Latief, bang Tian, bang Edy, bang Beni, kak Shintya. Kami sempat berpeluk-pelukan dengan mereka dan mereka meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan kami ke Pelabuhan.
Surprise Pacar Bang Beni
Day 11 – 6 Agustus 2018
Hari terakhir kami di Bangka telah tiba. Kami bersiap-siap untuk menyebrang ke Belitung. Dikosan kami berpisah dengan bang Gebo yang tidak bisa mengantar kami. Kami diantar oleh bang Ali dan bang Ceta. Sampai di pelabuhan kami memesan tiket lalu berpisah dengan mereka. Sungguh, sangat sedih kami berpisah dengan mereka semua, sangat terharu. Mereka yang selalu ada untuk kami selama kami di Bangka. mereka yang sangat peduli kepada kami. Kami sudah menganggap mereka sebagai keluarga baru yang kami temui di pulau yang baru kami kunjungi pertama kali seumur hidup. Kami baru kenal  5 hari yang lalu. Jika kami diberi pilihan apakah ingin berpisah atau tidak. Kami tidak pernah ingin berpisah dengan mereka. Tapi apa daya, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Mau tidak mau kami harus berpisah. Terima kasih untuk segalanya. Doakan kami kembali ke Bangka suatu saat nanti. Bersambung ke Belitung ...

BIAYA PENGELUARAN DI BANGKA:
Pelabuhan Tanjung Api-Api - Pelabuhan Tanjung Kalian 40.000
Pelabuhan Tanjung Kalian-Pangkalpinang 60.000
Nasi Telor 12.000
Beras Telor Minyak Royko 33.000/2 16.000
Sewa Motor 70.000/2 35.000
Danau Kaolin 4.000/2 2.000
Pantai Rambak 10.000/2 5.000
Bensin 40.000/2 20.000
Pantai Tikus Emas 20.000/2 10.000
Aqua 2 6.000/2 3.000
Capucino Cincau 7.000/2 3.000
Gorengan 10.000/2 5.000
Es Teh Manis 3.000
Nasi Padang 10.000
Nasi Padang 15.000

TOTAL PENGELUARAN DI BANGKA:
Rp. 239.000

Follow us on Instagram!
Ucha - @ucharmdhn
Angga - @anggapramuudya


Kawan-Kawan di Bangka:
Bang Ali - @id.saya
Bang Latif - @mlatifsuryadi
Bang Ceta - @qomara_ceta
Bang Gebo - @randadwierlangga
Bang Edy - @edotsudrajat
Bang Tian - @lestyan.b.pamungkass
Bang Beny - @benyalfikri
Bang Sam - @hirza_96
Kak Shintya - @pelataran.senja

Part 1: Lampung - https://bit.ly/2J8Slvr
Part 2: Palembang - https://bit.ly/2Phkx4N
Part 3: Bangka - https://bit.ly/2AhJx3J
Part 4: Belitung - https://bit.ly/2WFCGZS

No comments:

Post a Comment